Rabu, 29 Desember 2010

Kekurangajaran Lieberman dan Kegigihan Erdogan


Avigdor Lieberman menjadi Menlu Israel paling fenomenal karena ia menggambarkan wajah riil Israel. Hal itu tanpak jelas pada statemen-statemen spontan dan kurang ajarnya baik soal perundingan atau soal hubungannya dengan tetanggan Arabnya.
Beberapa hari lalu, saat semua duta besar Israel sedunia berkumpul di Jerusalem, saat menjelaskan dasar-dasar moral diplomasi hakiki, ketua Partai Israel Betena ini menegaskan bahwa yang seharusnya meminta maaf adalah pemerintah Turki yang mendukung terorisme.
Agaknya Lieberman setelah ini layak mendapat Nobel Penghargaan dalam bidang kekurangajaran sebab ia menjadi pencetus akademi dari pelajar di dunia yang kurang ajar. Akademi yang membuka kedok wajah hakiki teroris Israel yang bertindak di atas hukum, membunuh, menginvasi dan menghancurkan semaunya dengan perlindungan Amerika Serikat.
Bukan kebetulan jika Lieberman mengeluarkan statemen pongah di tengah peringatan 2 tahun mengenang agresi Israel ke Jalur Gaza yang membunuh lebih dari 1440 warga, 450 di antaranya anak-anak.
Bukan pula kebetulan jika Israel memberikan permusuhan keras terhadap Turki karena negara ini sangat keras menentang Israel dan Perdana Menterinya Recej Taeb Erdogan menolak kezhaliman Israel memblokade 1,5 juta warga Jalur Gaza di tengah bungkamnya pemimpin dunia Arab. Atau bahkan sebagiannya justru mendukung seperti mempersilahkan Tsipi Livni, Menlu Israel saat itu mendeklarasikan agresinya ke Jalur Gaza ketika berada di Mesir. Kita memohon kepada Allah agar hal itu tidak terulang di masa pemerintahan Netenyahu.
Sikap-sikap Erdogan dan rakyat Turki secara umum yang menolak blokade itulah yang mengganggu Lieberman dan para ‘Liebermanis’ di seluruh dunia. Sebab mereka membela kebenaran dan menentang arogansi Israel. Ini terjadi di saat pemimpin-pemimpin Arab dan Islam justru lupa kearabannya dan keislamannya.
Erdogan kira-kira satu-satunya yang bicara soal warga terblokade di Jalur Gaza. Dia memang satu-satunya yang mengatakan kepada Libanon bahwa dirinya tidak akan diam jika Israel menyerang negeri mereka. Sementara para penganut aliran “moderat” Arab hanya menyampaikan nasihat yang tanpa makna dan harga diri soal persatuan nasional sementara di ruang rahasia mereka meminta izin kepada Amerika agar membentuk pasukan Arab untuk menghabisi perlawanan di Libanon dan memenggal kepala “ular” Iran yang mendukung Libanon.
Turki dan Erdogan bisa saja melupakan Gaza, sepertinya halnya Arab melupakannya. Namun nyatanya mereka membela mujahidin Palestina.
Lieberman mengajarkan kekurangajaran dan Erdogan mengajarkan nasionalisme dan kemuliaan kepada pemimpin Arab ketika ia bersikukuh agar Israel meminta maaf dan menentang konspirasi Israel dalam bidang keamanan; yakni ketika Lieberman, Netenyahu dan Perez serta Ehud Barack berkunjung ke Yunani, Cyprus dan Bulgaria.
***
Kita berharap agar presiden Mesir Mubarak tidak menyambut tamu Israel nya Netanyahu setelah terungkap jaringan mata-mata Israel yang menyelinap ke dalam keamanan Mesir, meski ada perjanjian damai antara keduanya. Jika berkunjung, seharusnya Mesir minta kepada Israel untuk minta maaf atas tindakan lancangnya mengacak-acak keamanan Mesir.
Israel kuat karena Arab rela melanjutkan kondisi lemahnya, kecanduan dalam kehinaan, menutupi diri mereka dengan pilihan perdamaian yang rusak. Mereka tidak akan berperang kecuali jika Amerika memerintahkan untuk berperang dan menentukan siapa musuhnya.
Sejumlah prediksi mengisyaratkan bahwa aksi permusuhan Israel ke Jalur Gaza tinggal menunggu waktu. Sejumlah laporan menegaskan, bisa jadi agresi baru ini akan bersamaan dengan serangan ke Libanon Selatan. Agresi ke Jalur Gaza dengan alasan karena serangan roket dan agresi ke Libanon reaksi keputusan praduga dari Mahkamah Internasional soal pembunuhan Hariri.
Jika terjadi perang, para pejuang di Jalur Gaza dan Libanon tidak akan tinggal diam. Sebab cita-cita tertinggi mereka adalah mati syahid. Ancaman Israel tidak menggentarkan mereka, tidak seperti rezim-rezim Arab yang ketakutan. Perimbangan kekuatan tidak akan meresahkan mereka. Sebab mereka sudah pernah dan terbiasa menghadapi tank-tank Mirkava dan pernah mereka masukkan tank itu ke museum pariwisata di Libanon Selatan. Warga Jalur Gaza juga masih kokoh di tanah mereka, masih tegar mendongakkan kepala. (bsyr)
Al-Quds Arabi
Abdul Bari Athwan

0 komentar:

Posting Komentar