Agaknya kita sudah berada di depan detik-detik kesimpulan riil soal Palestina. Semua indikator menunjukkan bahwa masa depan masalah Palestina dan kawasan seluruhnya ditentukan oleh Avigdor Lierberman, dedengkot teroris di Israel bersama mafia ekstrim di parlemen Israel Knesset.
(1)
Mungkin orang akan bilang, Benjamen Netanyahu, PM Israel adalah orang terkuat di arena politik Israel yang merendahkan martabat Palestina dan menghina bangsa Arab secara keseluruhan. Bahkan ia menantang Presiden Obama sendiri. Ia mengalahkan semua orang. Semua berjalan di belakangnya. Anggapan ini benar tapi tidak akurat. Benar karena gambaran realitas itu sesuai dengan rekaman “judul berita”. Tidak akurat sebab tidak mendalami masa dan tidak menyentuh kekuatan penentu yang menggerakkan Netanyahu dan menentukan orientasinya.
Penulis memiliki saksi dari Lary Dervener, seorang pengamat ulung di harian Jerusalem Post. Ia mengatakan, “Sebagian pengamat yang tidak berpihak bingung mengetahui cara yang ditempuh Netenyahu,”
Namun kebingungan itu terjawab di pertengahan Oktober lalu, ketika Netanyahu mendukung RUU Loyalitas yang mengharuskan kepada siapapun yang ingin memperoleh kewarganegaraan Israel dengan bersumpah untuk loyal kepada negara zionis Israel sebagai sebuah negara yahudi demokratis. Netanyahu juga mendukung digelarnya referendum umum terhadap semua jenis kesepakatan perdamaian yang akan diteken dengan Palestina. Ini dilakukan setelah Netanyahu meminta kepada Palestina untuk mengakui Israel sebagai negara yahudi dengan konpensasi pembekuan pembangunan pemukiman selama dua bulan saja. Setelah Netanyahu bersikap seperti ini, maka asumsi yang paling realistis mengarah bahwa Netanyahu tidak lebih dari siapa lagi kalau bukan Avigdor Lieberman dengan jabatan PM.
Kolumnis Israel itu menegaskan, dirinya tidak tahu kenapa kebanyakan orang meyakini bahwa Netanyahu mempertahankan Lieberman di pemerintahannya dan terpaksa mempertahannnya. Sebab realitas politik mengharuskan hal itu (dukungan partai kanan ekstrim di parlemen dan koalisi pemerintahannya). Padahal yang mencetak Lieberman adalah adalah Netanyahu sendiri. Di luar lingkaran politik kanan, tidak ada yang dengar tentang Lieberman hingga tahun 1996 ketika ditunjuk Netanyahu menjadi kepala kantor pemerintahannya. Kemudian ia menjadi tangan kanannya setelah itu setelah keduanya melihat semua masalah dengan satu kaca mata yang sama. Padahal hakikatnya, Netanyahu tidak serius sama sekali menuju kepada perdamaian yang mengantarkan berdirinya negara Palestina yang riil. Bahkan dia pun siap melemparkan seonggok atau dua onggok tulang kepada Palestina, tidak lebih.
Kolumnis menegaskan bahwa semua bukti menunjukkan bahw Netanyahu konsisten dengan koalisi ideologinya dengan Lieberman dan warga penjajah Israel dari kanan ekstrim. Mereka ini sedang mengendarai gelombang tegangan tinggi. Mereka memiliki daftar besar RUU diktator anti Arab yang ingin mereka golkan. Mereka merasa nyaman sekarang karena jalan terbuka. Mereka tidak peduli dengan sikap partai Buruh atau Kadema, atau yahudi di luar negeri atau bahkan Washington atau media. Apalagi respon Arab atau Palestina.
(2)
Liebeman bukan saja cukup menggasap Palestina dan mencuri geografinya, mereka kini ngotot mencuri sejarah Palestina. mereka minta agar Palestina membaca sejarah negeri mereka dengan kata mata Israel. Bukti paling aneh adalah soal kisah Tembok Ratapan “Al-Barraq”. Dimana ketika deputi kementerian informasi Palestina Mutawakil Thaha yang menulis opini bahwa tembok Al-Barraq adalah bagian tak terpisah dari Masjid Al-Aqsha, wakaf Islami dari keluarga Muslim Bomidin asal Maroko kepada umat Islam. Namun Israel mengklaim milik mereka yang mereka sebut Tembok Ratapan. Setelah dipublikasikan di situs resmi kementerian informasi Palestina, Israel langsung bangkit seakan melakukan revolusi.
Mark Rajev, jubir PM Israel pada 12 Januari lalu, meminta kepada kementerian Palestina agar mencabut opini itu karena dianggap provokatif dan diklaim milik Islam. Mereka meminta Abbas agar memberikan sanksi kepada penulis opini itu. Bahkan Rajev menilai opini itu dianggap tandatanya komitmen pemerintah Palestina terhadap proses perdamaian dan dianggap meragukan kaitan yahudi dengan Jerusalem dan tanah Israel.
Bahkan setelah pernyataan Israel ini, B. J. Coloni jubir kementerian luar negeri Amrika menggelar konferensi pers dan mengatakan, “Kami mengecam keras statemen ini karena itu pandangan salah dari sisi realitas!! Tidak menjaga perasaaan pihak lain. Kami sudah mendiskusikan berkali-kali dengan otoritas Palestina pentingnya memerangi semua jenis upaya mencabut legalitas Israel, termasuk keterkaitan sejarah yahudi dari tanah Palestina.” Bahkan reaksi merembet ke anggota palemen Amerika.
Yang mengherankan, gejolak yang sama dalam kasus yang sama terjadi pada tahun 1929 ketika warga Palestina merevolusi yahudi pendatang yang mengklaim tembok Al-Barraq itu sebagai milik mereka. Dalam revolusi itu sejumlah warga gugur dan Inggris, penjajah Palestina saat itu membentuk komite internasional untuk menentukan nasib ststusnya pada tahun 1930.
(3)
Capaian terakhir sejoli Netanyahu dan Lieberman adalah mereka berhasil memaksa sikap Amerika agar tidak menuntut Israel menghentikan sementara pembangunan pemukiman yahudi sebagai prasyarat perundingan damai langsung dengan Palestina. ini sama saja Amerika mendukung rencana penuh Netanyahu dimana perundingan yang dibahas bukan masalah perbatasan, bukan masalah pemukiman atau yang lain. Tapi hanya kesepakatan atas prinsip-prinsip bertahap soal negara Palestina yang akan diterapkan selama 10 tahun ke depan. Agaknya Mesir menyetujui rencana ini.
Sikap Israel ini ditegaskan oleh Jenderal Shaol Movaz, ketua komisi luar negeri dan keamanan di Knesset dimana rencana yang diajukan dibagi menjadi dua tahap; menyepakati bertahap soal deklarasi pendirian negara Palestina di 66% wilayah Tepi Barat disamping Jalur Gaza, dengan tanpa perbatasan dan tanpa membekukan pemukiman Israel, dengan tetap Otoritas Palestina mengakui Israel sebagai penguasa pemukiman yahudi di Tepi Barat serta memberikan 14 km lembah Jordania kepada Otoritas Palestina untuk menjaga keamanan Israel. Tahap kedua; Al-Quds tetap dibawah wewenang Israel dengan tetap membahas solusi mengatur kehidupan warga di sana. Sementara pengungsi, mereka tidak kembali ke kampung halaman mereka di Israel. Masalah mereka akan ditangani oleh dunia internasional.
(4)
Yang ditawarkan sekarang ini ke meja perundingan dari Netanyahu dan Lieberman adalah proyek rencana yang sama yang ditolak semua pihak sejak awal; yakni negara Palestina tanpa kedaulatan yang berdiri di 66% tanah wilayah Tepi Barat, tidak membahas Al-Quds, tidak ada harapan kembalinya pengungsi Palestina. Kesimpulannya, mau apa sekarang?
Herannya, proses perundingan sudah jelas-jelas buntu, tapi dunia Arab tak berkutik. Kecuali hanya seruan Komite Pemantau Arab yang menyerukan berkumpul. Ketenangan Arab ini mendorong Israel makin congkak dengan sikapnya. Mereka yakin Arab tidak mampu. Sebab mereka mengandalkan Amerika. Apalagi mereka sedang sibuk menghadapi bahaya Iran.
Sementara Otoritas Abbas dengan presidennya Abu Mazen masih bersenandung tentang tujuh pilihannya: perundingan dengan prasyarat menghentikan pemukiman, meminta AS mengakui negara Palestina di atas wilayah jajahan tahun 1967, jika AS menolak maka dikembalikan ke DK PBB dan meminta agar AS tidak memggunakan hak veto, jika AS menveto juga, maka harus dikembalikan kepada Majlis Umum PBB meminta agar meletakkan Palestina di bawah rekomendasi internasional sesuai dengan penerapan kesepakatan yang ditandatangani dengan Israel dengan membubarkan Otoritas Palestina dan meletakkan Israel sebagai penanggungjawabnya sebagai negara panjajah.
Sayang-sayang sejuta sayang, kita tidka pernah mendengar Arab serius menghadapi tantangan dan kepongahan Israel. Ya, ketika Israel semakin pongah, Arab justru semakin hina dan merasa rendah dan lemah. Tak ada yang berani bicara soal persatuan barisan Arab untuk menghadapi badai Israel. atau bicara “kembali kepada pilihan bangsa Palestina sendiri”, apalagi berani mengatakan “kata-kata perlawanan” sebagai cara memanej konflik dan mengakhiri penjajahan. (bn-bsyr)
El-Haleej Emirat
Fahmi Huwaidi
0 komentar:
Posting Komentar